Bank Sumut Dorong Peningkatan UMKM, Salurkan KUR Rp937,288 Miliar

  • Bagikan
Berita Sore/ist Pemimpin Devisi Ritel Bank Sumut Erwin Zaini (empat kanan) foto bersama pengamat ekonomi Gunawan Benjamin (lima kanan), Ketua FWB Khairunnisak Lubis (enam kanan), wartawan media cetak serta online pada pertemuan di Medan Jumat (10/11).

MEDAN (Berita): PT Bank Sumut sebagai bank yang berperan menjadi agent of development & intermediasi telah melakukan berbagai upaya guna mendukung peningkatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), termasuk dalam hal akses pembiayaan.

Pemimpin Devisi Ritel Bank Sumut Erwin Zaini mengatakan hal itu kepada wartawan dalam acara Meet and Greet Media Bank Sumut di Medan Jumat (10/11).

Acara bertema “Mendukung UMKM Lokal Lewat Pemasaran dan Promosi di Media” itu diprakarsai Forum Wartawan Bank (FWB) diketuai Khairunnisak Lubis. Dihadiri wartawan media cetak dan online Medan.

Erwin memaparkan Bank Sumut memiliki ragam produk pembiayaan baik kredit mikro, kredit program hingga kredit komersial untuk
mendukung peningkatan UMKM sepert Kredit Permaisuri dan KUR Super Mikro, plafond keduanya sampai Rp10 juta.

“Jadi Bank Sumut menyediakan pembiayaan terlibat dalam rantai pasok usaha, perluasan akses pemasaran dan pengembangan UMKM Naik Kelas,” jelas Erwin.

Bank Sumut juga saat ini sedang melakukan pengembangan fitur-fitur kredit di.sektor pertanian dan peternakan dengan skema yang disesuaikan dengan pola usaha sektor usaha yang dibiayai.

Produk alternatif Kredit Usaha Rakyat (KUR) yakni Kredit Mikro Sumut Sejahtera (KMSS), Kredit Usaha Sumut Sejahtera (KUSS).

Untuk KUR, sampai Oktober 2023 terealisasi Rp937,288 miliar dengan Non Performing Loan (NPL) 2,48 persen. Penyalurannya memang masih rendah dari kuota Rp1,5 triliun dan juga dibanding realisasi tahun 2022 sebesar Rp1,348 triliun.

Menurut Erwin, penyaluran KUR tahun ini belum terpenuhi karena ada perubahan kebijakan penyaluran KUR 2023 oleh pemerintah dengan tujuan pengefektifan pemberian subsidi bunga untuk menciptakan kemandirian pelaku UMKM.

Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin yang hadir pada acara itu mengatakan sejak Juli 2021 telah terjadi kenaikan pada sejumlah kebutuhan pokok masyarakat dunia
yang ditampilkan dalam grafik cereals price index.

Namun belakangan harga kembali turun
seiring dengan produksi yang mengalami kenaikan, dan pelonggaran aktifitas bongkar muat di laut hitam setelah rusia masuk dalam kesepakatan ekspor biji bijian.

Namun khusus untuk Indonesia, harga beras di tanah air dalam hampir 3 bulan terakhir
mengalami kenaikan yang cukup tajam. Dipicu oleh memburuknya sisi pasokan dan
kebijakan proteksi yang diambil oleh negara yang memiliki surplus beras sekaligus menjadi
negara eksportir.

Ditambah dengan kenaikan biaya input produksi akibat kenaikan harga pupuk sebelumnya, dan diperburuk dengan cuaca (el nino).

“Meski konflik Hamas – Israel sejauh ini belum memberikan dampak pada kenaikan harga sejumlah kebutuhan pangan masyarakat dunia,” katanya.

Akan tetapi konflik yang tengah berlangsung
bisa menyisahkan kekuatiran akan kemungkinan meluas dan mengganggu persedian bahan pangan pokok dunia.

Kenaikan harga pupuk dunia, dimana Rusia menjadi salah satu produsen pupuk
terbesar berdampak telah memicu kenaikan harga pupuk di Indonesia, termasuk di wilayah
Sumatera Utara.

Dari hasil survey (BRIKS) yang dilakukan, harga pupuk di Sumatera Utara di tahun 2022 ini telah mengalami kenaikan 2 kali lipat
dibandingkan dengan masa sebelum pandemi covid 19 terjadi di tanah air.

“Meskipun dalam satu tahun terakhir grafik perkembangan harga pupuk dunia
menurun,” ungkap Gunawan.

Harga minyak mentah yang belakangan mengalami kenaikan, menjadi satu satunya
ancaman kenaikan harga bahan pangan pokok masyarakat saat ini. Di bulan september
2022, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi seiring dengan kenaikan harga minyak mentah yang berada di atas $100 per barel.

Nyatanya, kata Gunawan, konflik Hamas – Israel mendorong kenaikan harga minyak mentah, sekalipun pasokan terus ditambah dengan mencabut sanksi yang
diberikan AS ke Venezuela sebelumnya.

Ia menilai awal tahun 2022, ekonomi
memasuki masa pemulihan. Dunia usaha
optimis setelah melewati puncak pandemi.
Februari 2022, operasi militer Rusia di Ukraina
memicu sikap pesimis pelaku pasar.

Harga pangan dan enerji mengalami kenaikan.
Maret 2022, bank sentral AS menaikkan bunga
acuan hingga saat ini. Suku bunga acuan Bank Sentral Negara lain juga ikut naik. Dunia usaha kian pesimis, kenaikan bunga acuan
untuk meredam inflasi akan memperburuk
kinerja ekonomi.

Gunawan menyebut memasuki 2023, sejumlah program andalan pemerintah
dalam mendongkrak daya beli seperti bantuan sosial digencarkan. Program Bansos
untuk bantuan kenaikan harga BBM diperluas.
September 2022, harga BBM subsidi dinaikkan. Inflasi terkerek naik 6,1 persen.
Harga komoditas unggulan Sumut (sawit) dalam tren turun.

Pada tutup tahun 2022, tambah Gunawan, diwarnai oleh sejumlah perusahaan swasta berorientasi ekspor merumahkan karyawan.
Daya beli masyarakat kian terganggu.
El nino picu kenaikan harga pangan pokok seperti beras. El Nino juga membuat banyak negara menutup kran ekspor pangannya. Akibatnya, harga pangan melambung. Daya beli kian terpuruk.

“Namun pasca pandemi Covid-19, tepatnya awak tahun 2022, survei ke UMKM mereka optimis bahwa geliat ekonomi akan membaik. Omset diproyeksikan meningkat. Lockdown kembali dibuka,” katanya.

Pertengahan tahun hingga penutupan 2022,
harga BBM naik, banyak karyawan dirumahkan. Pelaku usaha mikro dan kecil menjamur dan persaingan kian ketat.

Dampak pada Idul Fitri 2023, sejumlah pelaku UMKM penjual dan pedagang kebutuhan sandang, makan dan minuman hingga material bangunan mengalami penurunan
omset dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.

“Gejala melemahnya daya beli masyarakat
sangat terlihat,” ungkap Gunawan.

Pada Idul Adha 2023, pemerintah mengeluarkan gaji ke 13. libur idul adha diperpanjang dalam skema cuti bersama. Geliat ekonomi meningkat sangat tajam.
Omset pelaku UMKM naik meskipun hanya berlangsung sesaat.

“Geliat ekonomi yang membaik dipicu oleh intervensi pemerintah dalam mendorong
belanja masyarkat,” jelasnya.

Menurutnya, skenario terburuk kedepan yang perlu diwaspadai bagi UMKM adalah kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi lebih banyak menguras ruang fiskal
dalam bentuk kebijakan kenaikan gaji PNS,
bantuan sosial serta kebijakan konsumtif lainnya.

“Belanja Pemilu yang bersifat temporer akan
membuat belanja masyarakat nantinya kembali ke mode stelan normal,” katanya.

Produktifitas pelaku UMKM yang menurun akan membuat pelaku UMKM lebih banyak
membutuhkan modal, baik untuk investasi
maupun untuk memenuhi kewajibannya.

“Akses permodalan yang kian sulit seiring dengan peningkatan resiko bisnis dan suku bunga akan mengancam keberlangsungan pelaku UMKM,” kata Gunawan.

Jika stabilitas ekonomi tidak mampu dijaga atau mengalami perlamabatan yang serius maka pelaku UMKM sangat rentan terjebak dengan utang yang menggunung ditambah pendapatan yang tak naik atau bahkan menurun.

“Keberlangsungan usaha menjadi terancam.
Padahal bisnis UMKM banyak mengandalkan konsumen domestik,” ujarnya.

Ketua Forum Wartawan Bank (FWB) Khairunnisak Lubis berharap agar Bank Sumut terus memberikan pelayanan yang terbaik dan tetap tumbuh positif dalam perekonomian di Sumut

“Semoga koordinasi antara Bank Sumut dan FWB FWB tetap berjalan dengan baik, dan ke depan terap solid,” katanya Bisa, panggilan akrabnya. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *