MEDAN (Berita): Setelah hampir satu tahun perekonomian Sumatera Utara mengalami kontraksi, pada triwulan kedua tahun 2021, akhirnya menunjukkan ke arah yang lebih baik dengan tumbuh positif sebesar 4,95 persen.
“Akhirnya perekonomian Sumut bisa keluar dari jurang resesi, meski angkanya masih jauh dibanding posisi sama tahun 2019 sebelum adanya pandemi Covid-19,” kata Syech Suhaimi, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Rabu (8/9) secara virtual.
Suhaimi berbicara pada webinar Sosialisasi Tabel Input Output Provinsi Sumatera Utara dengan tema “Optimalisasi potensi Sumatera Utara sengaja sebagai percepatan pemulihan ekonomi” yang digelar BPS Sumut secara virtual.
Keynote speech sekaligus membuka acara Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud. Narasumber Direktur Tata Ruang dan Penanganan Bencana Bappenas Sumedi Andono, Plt Kepala Bappeda Sumut Hasmirizal Lubis dan Koordinator Fungsi Neraca Barang BPS Suryadiningrat dengan moderator Wahyu Ario Pratomo dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
Suhaimi mengatakan pandemi Covid-19 masih belum berakhir, kebijakan terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat masih berlangsung di beberapa tempat, namun dengan sedikit banyak kelonggaran. Hal tersebut sangat mempengaruhi kelangsungan roda perekonomian masyarakat.
“Kondisi ini membuat angin segar bagi masyarakat yang berangsur pulih untuk dapat melaksanakan kegiatannya meski dalam keterbatasan,” ungkapnya.
Kenyataan pada triwulan II 2021, katanya, perekonomian Sumut tumbuh positip 4,95 persen dimana pada triwulan sebelumnya masa pandemi mengalami kontraksi. BPS Sumut mencatat pertumbuhan terjadi di hampir semua sektor.
“Optimisme pelaku usaha sehingga pertumbuhan di hampir semua sektor lapangan usaha menjadi sinyal positif bagi pergerakan perekonomian di Sumatera Utara,” jelasnya.
Ia menjelaskan sebelum Pandemi Covid-19, baik Indonesia maupun Sumatera Utara selalu mencatat pertumbuhan ekonomi yang menggairahkan yakni berada di kisaran angka 5 persen.
Sejak dilanda pandemi Covid-19, keduanya mengalami kontraksi pada triwulan II-2020 hingga awal tahun 2021.
“Pada triwulan II-2021 ini baik Indonesia maupun Sumatera Utara mengalami pertumbuhan positif,” terang Suhaimi.
Menurutnya, optimisme pertumbuhan terjadi hampir di seluruh pelaku ekonomi baik dari kategori lapangan usaha dan komponen pengeluaran.
Optimisme dari sisi lapangan usaha yakni di sektor jasa keuangan, perdagangan dan administrasi publik. Sedangkan dari sisi pengeluaran yakni impor, ekspor dan investasi.
Pada triwulan II 2021, share Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dengan konstribusi 23,35 persen. “Sumut tak dapat dipandang sebelah mata,” katanya.
Selain itu, tambah Suhaimi, sebelum pandemi tahun 2019, Sumut sukses menekan angka kemiskinan dari diatas 10 persen, jadi 8,46 persen.
Tapi setelah pandemi, angka kemiskinan ikut naik meski di bawah 10 persen. Namun angkanya masih tetap di bawah nasional yang sebesar 10,14 persen. “Target kita tak ada penduduk miskin tahun 2040,” tegas Suhaimi.
Ketimpangan pendapatan yang diukur dengan indikator Gini Ratio juga mengalami penurunan pada Maret 2021. Jurang pendapatan di Sumut tergolong kecil, bahkan terbaik ketujuh dari 34 provinsi di Indonesia.
“Jurang pendapatan masyarakat miskin makin kecil. Namun di perkotaan jurang ketimpangan justru melebar dan sangat terdampak,” ujarnya.
Suhaimi menambahkan penyusunan tabel input output mulai dilaksanakan BPS sejak tahun 2019 dengan penyusunan Supply & Use Tables (SUT) secara simultan baik nasional maupun regional.
Pada tahun 2020, rekonsiliasi SUT nasional dan regional finalisasi tabel input output 34 provinsi. Tahun 2021 sosialisasi tabel input dan output.
Tabel Input dan Output itu manfaatny memberi gambaran mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor yang peka terhadap perekonomian.
Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah, impor, permintaan, pajak, kebutuhan tenaga kerja serta memproyeksi variabel-variabel ekonomi makro tersebut.
Mengamati komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa dan mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
Menganalisis perubahan harga, karena perubahan biaya input mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap perubahan harga output.
Tujuannya memberikan masukan kepada pemerintah daerah Sumatera Utara sebagai dasar perencanaan, evaluasi dan pengambilan kebijakan.
Menyampaikan informasi secara kuantitatif hasil penyusunan Tabel Input Output Tahun 2016 Provinsi Sumatera Utara kepada semua pihak (internal/eksternal BPS). (wie)