MEDAN (Berita): Direktur Kepatuhan Yang Merangkap Sekretaris Perusahaan, BTPN Syariah Arief Ismail menegaskan BTPN Syariah fokus melayani nasabah prasejahtera produktif langsung ke tempat komunitas berada sebagai dukungan bank di masa pandemi ini.
“Kami mempelajari bahwa di masa pandemi ini mereka tidak hanya membutuhkan bantuan. Bantuan hanya membuat mereka survive dan meringankan beban hidup, namun untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala, mereka butuh kepercayaan diri yang tinggi dan tentunya pembiayaan baru,” kata Arief Ismail pada Public Expose Live 2020 yang digelar PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (28/8/2020). Public Expose Live itu berlangsung 24-28 Agustus 2020 diikuti 50 emiten.
Karenanya, BTPN Syariah selain melakukan program pelonggaran, tentunya harus teliti untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga komunikasi yang intensif menjadi jalan terbaik
untuk memahami mereka.
“Cara ini cukup efektif, meski dengan tetap menjalankan protokoler kesehatan . Komitmen yang sama juga berlaku terhadap seluruh karyawan yang dikenal dengan sebutan #bankirpemberdaya,” katanya.
Sebagai bank yang fokus di ultra mikro, tak dapat dihindari, BTPN Syariah tentunya terdampak karena pandemi ini. Secara tidak langsung, mempengaruhi kinerja bank. ”
“Namun, perseroan tetap optimis dan adaptif dengan berbagai upaya untuk memberi nilai positif ditengah kondisi yang menantang,” katanya.
Ia menambahkan kinerja sampai dengan semester satu tahun 2020 pada akhir Juli lalu, Perseroan mencatat telah mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp9,46 triliun menyalurkan pembiayaan sebesar Rp8,74 triliun dengan menjaga Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) sebesar 1,8 persen.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3 persen. Rasio intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) mencapai 92 persen. Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190 persen dan 244 persen.
Total aset tumbuh 10 persen menjadi Rp15,27 triliun dan mencatatkan laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp407 miliar.
(Wie)