MEDAN (Berita): Data pertumbuhan ekonomi (PDB) China akan sangat dinanti pelaku pasar pada perdagangan hari ini, Rabu (16/4/2025).
Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengungkapkan hal itu kepada wartawan di Medan Rabu (16/4/2025).
Menurutnya, data PDB China memiliki urgensi yang besar dan sangat menentukan kinerja pasar keuangan di Asia. Sejauh ini pasar keuangan di Asia bergerak mixed dengan mayoritas berada di zona merah. PDB China dikuartal pertama secara tahunan (YoY) tumbuh sebesar 5,4 persen atau sama dengan realisasi pada kuartal sebelumnya.
Namun. pelaku pasar saat ini tengah mengkuatirkan dampak konfrontasi perang dagang antara AS – China yang berlangsung hingga saat ini. Baik AS dan China serta negara lainnya berpeluang merealisasikan kinerja ekonomi yang memburuk di masa mendatang.
Tentunya akan direspon negatif oleh pelaku pasar saham, seiring dampak buruk perang dagang yang bisa memukul ekonomi kedua negara. Memburuknya kinerja PDB tentunya akan direfleksikan dengan memburuknya kinerja keuangan emiten di pasar saham.
Pada sesi perdagangan pagi ini, katanya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat di level 6.461. Data indeks keyakinan konsumen di tanah air yang memburuk kemarin, pada dasarnya menjadi beban bagi kinerja pasar keuangan.
Dan pelaku pasar juga menanti rilis data penjualan ritel Indonesia yang dijadwalkan akan dirilis hari ini juga. “Data penjualan ritel akan menjadi sentimen selanjutnya yang akan menentukan kinerja IHSG dan Rupiah,” kata Gunawan.
Sementara itu, mata uang Rupiah ditransaksikan melemah di level 16.830 per US Dolar di sesi perdagangan pagi. Memburuknya imbal hasil US Treasury belum menjadi kabar baik bagi Rupiah.
Data ekonomi nasional yang memburuk justru lebih berperan bagi pelemahan Rupiah sejauh ini. Disisi lain, harga emas masih mencetak rekor tertinggi baru di level $3.271 per ons troy, atau sekitar 1,78 juta per gram. (wie)