JAKARTA (Berita): Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi penurunan ekspor Indonesia pada Februari 2024 sebesar 5,89 persen atau menjadi US$19,31 miliar secara bulanan, dibandingkan Januari 2024 yang sebesar US$20,52 miliar.
Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia A Widyasanti mengatakan, ekspor migas tercatat senilai US$1,22 miliar atau turun 12,93 persen dan nilai ekspor non-migas turun 5,27 persen dengan nilai ekspor US$18,09 miliar.
“Penurunan nilai ekspor bulan Februari didorong oleh penurunan ekspor nonmigas terutama pada besi dan baja dengan andil penurunan sebesar 3,26 persen,” katanya dalam dalam rilis BPS, Jumat (15/3/2024).
Kemudian, sambungnya, di ikuti penurunan ekspor lemak, minyak hewani dan nabati dengan andil penurunan sebesar 2,60 persen serta logam mulia dan perhiasan permata dengan andil penurunan sebesar 0,60 persen.
“Bahkan Ekspor secara tahunan turun lebih dalam yakni mencapai 9,45 persen (yoy),” ungkap Amalia.
Semua sektor mengalami penurunan, penurunan terdalam terjadi pada sektor industri pengolahan yang turun sebesar 11,49 persen.
Terkecuali sektor pertanian yang mengalami peningkatan sebesar 16,91 persen,
Amalia pun menyoroti kinerja ekspor beberapa komoditas unggulan Indonesia yaitu batu bara, besi dan baja serta CPO dan turunannya.
Nilai ekspor ketiga komoditas ini memberikan share sekitar 30,22 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2024.
“Nilai ekspor besi dan baja serta minyak kelapa sawit mengalami penurunan secara bulanan, sedangkan batu bara mengalami kenaikan,” urai Amalia.
Nilai ekspor batu bara naik sebesar 180,76 juta dolar AS atau naik sebesar 7,50 persen, untuk ekspor besi dan baja nilai ekspornya mengalami penurunan baik secara bulanan yaitu 27,08 persen maupun tahunan yang juga turun sebesar 22,14 persen.
Sementara itu, untuk komoditas CPO dan turunannya nilai ekspornya turun 30,39 persen secara bulanan dan juga turun sebesar 39,58 persen secara tahunan,” terang Amalia. (agt)