JAKARTA (Berita): Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan April 2024 sebesar 3,0 persen, dengan inflasi bulan ke bulan (month to month/mtm) sebesar 0,25 persen dan tingkat inflasi year to date (ytd) sebesar 1,19 persen.
“Inflasi April 2024 ini lebih rendah meski ada moment Lebaran, dibandingkan dengan Maret 2024 yang bertepatan dengan awal Ramadan,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Sementara, lanjutnya, tingkat inflasi beras terus melemah hingga mengalami deflasi pada April 2024, yaitu sebesar 2,72 persen dengan andil deflasi sebesar 0,12 persen. Bawang merah menjadi komoditas dengan andil inflasi terbesar (mtm), yaitu 0,14 persen.
Inflasi yoy terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yang tertinggi kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,04 persen.
Inflasi provinsi yoy tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 4,65 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,70 dan terendah terjadi di Provinsi Papua sebesar 1,78 persen dengan IHK sebesar 104,12. Tingkat inflasi yoy komponen inti April 2024 sebesar 1,82 persen.
“Inflasi tahunan beras, daging ayam ras, dan cabai merah menunjukkan penurunan, namun masih memberikan andil inflasi yang cukup tinggi,” terang Amalia.
Misalnya, komoditas beras telah mengalami deflasi pada April 2024, seiring meningkatnya produksi beras dalam negeri. Komoditas ini mengalami deflasi sebesar 2,72%, memberikan andil deflasi sebesar 0,12%.
“Setelah mengalami inflasi 8 bulan berturut-turut sejak Agustus 2023, beras alami deflasi pada April 2024,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Kamis (2/5/2024).
Menurutnya, tingkat inflasi beras yang terus menurun hingga mengalami deflasi ini dipicu oleh meningkatnya produksi beras nasional.
BPS mencatat, deflasi beras terjadi di 28 provinsi di Indonesia, dan 9 provinsi lainnya masih mengalami inflasi beras. Hanya ada 1 provinsi yang harga berasnya stabil. (agt