JAKARTA (Berita): “Kok portofolio investasiku merah semua, ya?” Kalimat ini sering terdengar di kalangan investor muda setiap kali pasar saham bergejolak.
Ketika harga saham turun, grup investasi ramai curhat, dan tiba-tiba muncul keinginan impulsif, menjual semua saham sebelum tambah rugi! Pasar saham memang bisa jadi roller coaster emosional. Fluktuasinya bikin deg-degan.
Kepala Kantor Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Utara Muhammad Pintor Nasution mengatakan hal itu Senin (28/4/2025).
Tapi, apakah kepanikan adalah satu-satunya respons yang mungkin? Jawabannya tentu tidak. Investor yang sukses bukan yang paling jago meramal pasar, tapi yang paling tenang ketika pasar sedang drama.
“Untuk itu, kita perlu memahami lima pilar penting yang bisa bikin para investor tetap bijak saat menghadapi pasar saham yang bergejolak,” katanyan
Pasar saham memiliki satu sifat yang pasti, yaitu fluktuasi. Hari ini naik, besok bisa turun, lusa kembali naik, dan seterusnya. Bagi investor pemula atau bahkan yang sudah berpengalaman namun belum memiliki fondasi yang kuat, fluktuasi ini bisa menimbulkan kepanikan.
Padahal, kepanikan adalah musuh utama dalam dunia investasi. Dalam kondisi pasar yang bergejolak, keputusan yang diambil dengan emosi lebih sering berakhir dengan kerugian.
Lalu, bagaimana caranya agar tetap tenang dan berpikir jernih saat pasar tidak berfluktuasi? Di sinilah pentingnya memahami dan menghidupi lima Pilar Ketenangan dalam Investasi Saham. Lima pilar ini tidak hanya menjadi penopang mental, tapi juga panduan praktis dalam mengambil keputusan keuangan.
Pilar pertama, tujuan investasi yang jelas. Banyak orang terjun ke pasar modal karena ikut-ikutan, FOMO (Fear of Missing Out), atau terbuai janji imbal hasil tinggi. Padahal, investasi tanpa tujuan yang jelas sama seperti naik kapal tanpa tahu hendak ke mana. Ketika pasar terkoreksi, kita akan mudah tersesat, panik, bahkan mungkin terpaksa melakukan cut loss.
Kita perlu menetapkan tujuan: Apakah Anda berinvestasi untuk dana pensiun 20 tahun lagi? Untuk pendidikan anak 10 tahun ke depan? Atau untuk membeli rumah dalam 5 tahun? Tujuan ini akan menjadi jangkar saat pasar berfluktuasi. Dengan tujuan yang jelas, kita tidak menilai investasi hanya dari pergerakan jangka pendek. Kita fokus pada hasil jangka panjang. Pasar bisa berfluktuasi harian, tapi tujuan kita tidak berubah.
Pilar kedua, memilih risiko yang dipahami. Setiap investor unik. Ada yang tahan banting saat pasar turun 10 persen, ada yang baru turun 3% sudah tidak bisa tidur. Mengenali profil risiko pribadi sangat penting agar kita bisa memilih instrumen investasi yang sesuai dengan toleransi kita terhadap risiko yang mungkin muncul seperti fluktuasi.
Ada tiga jenis utama profil risiko, yang pertama adalah konservatif. Investor dengan profil risiko ini lebih nyaman dengan stabilitas, cenderung memilih obligasi atau reksa dana pasar uang. Jenis profil risiko kedua adalah moderat yang siap dengan sedikit risiko demi hasil lebih tinggi.
Sedangkan jenis ketiga, yaitu investor dengan profil risiko agresif yang nyaman dengan volatilitas tinggi demi potensi imbal hasil maksimal. Ketika portofolio disesuaikan dengan profil risiko, kita tidak mudah panik karena kita tahu sudah mengambil risiko yang sesuai dengan kapasitas kita.
Pilar ketiga, yaitu diversifikasi yang seimbang. Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Prinsip klasik ini tetap relevan. Diversifikasi adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi risiko dalam investasi.
Saat satu sektor anjlok, sektor lain bisa menopang. Diversifikasi bisa dilakukan dengan memilih jenis aset, seperti membagi portofolio ke dalam instrumen saham, obligasi, emas, reksa dana, dan deposito. Juga dengan memilih sektor industri, seperti membeli saham dari sektor teknologi, keuangan, konsumsi, energi, dsb. Investor yang portofolionya tersebar, lebih mampu bertahan saat satu atau dua sektor sedang jatuh. Diversifikasi bukan hanya soal proteksi, tapi juga soal kesempatan tumbuh di berbagai kondisi ekonomi.
Pilar keempat, pemahaman terhadap siklus pasar. Pasar saham bergerak dalam siklus. Ada masa-masa bullish (naik) dan bearish (turun). Kadang euforia, kadang pesimistis. Menyadari bahwa penurunan adalah bagian alami dari siklus pasar membantu kita bersikap lebih rasional.
Selama satu dekade terakhir, misalnya, kita telah mengalami beberapa koreksi tajam. Tapi sejarah juga menunjukkan bahwa pasar selalu pulih dan bahkan mencetak rekor baru. Investor yang bisa melewati masa sulit biasanya justru mendapatkan keuntungan lebih besar di masa depan.
Pemahaman ini membantu kita melihat penurunan bukan sebagai bencana, tapi sebagai peluang. Warren Buffett pun pernah berkata, “Be fearful when others are greedy, and be greedy when others are fearful.”
Pilar kelima, pendamping keuangan yang terpercaya. Terakhir, dan tidak kalah penting, adalah memiliki penasihat atau pendamping keuangan yang bisa membantu kita tetap objektif. Emosi sering kali menjadi jebakan. Dalam kondisi panik, kita cenderung melakukan hal-hal yang merugikan, seperti menjual saat rugi atau membeli saat euforia.
Penasihat keuangan atau perencana keuangan yang kompeten bisa menjadi suara kedua yang menyeimbangkan keputusan kita. Mereka bisa membantu kita mengevaluasi portofolio secara berkala, menyesuaikan strategi, dan menjaga agar kita tetap berada di jalur tujuan keuangan jangka panjang.
Selain itu, dengan bimbingan profesional, kita juga bisa mendapatkan edukasi berkala, baik soal kondisi pasar terkini, peluang investasi, maupun perencanaan keuangan keluarga secara menyeluruh. Investasi saham bukan jalan pintas menuju kekayaan.
“Ini adalah perjalanan jangka panjang yang memerlukan disiplin, pengetahuan, dan pengendalian diri. Pasar akan selalu bergejolak, karena itu sifat alaminya. Yang bisa kita kendalikan adalah respons kita,” ungkap Pintor
Dengan membangun lima pilar penting, tujuan yang jelas, pemahaman profil risiko, diversifikasi, pemahaman siklus pasar, dan pendamping keuangan kita bisa lebih tenang dan bijak dalam menghadapi badai. Bahkan, di tengah gejolak, kita bisa menemukan peluang dan terus melangkah menuju kemerdekaan finansial. (wie)