JAKARTA (Berita): Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor pada September 2022 turun dibandingkan dengan bulan Agustus 2022.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa (BPS) Setianto mengatakan, nilai ekspor September 2022 tercatat hanya US$24,80 miliar atau setara Rp384,19 triliun. Sedangkan pada Agustus lalu mencapai US$27,86 miliar atau setara Rp431,73 triliun.
“Meski mengalami penurunan secara bulanan, ekspor Indonesia pada September 2022 masih tumbuh 20,28 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy),” katanya dalam jumpa pers virtual, Senin (17/10).
Berdasarkan data BPS, ada 5 negara dengan peningkatan ekspor nonmigas terbesar dari Indonesia yaitu Bangladesh, Filipina, Bulgaria, Jerman dan Yunani.
Dia mengatakan peningkatan ekspor nonmigas terbesar yaitu ke Bangladesh atau meningkat US$126,8 juta secara bulanan (month to month/mtm) dengan peningkatan terbesar pada komoditas minyak lemak hewan nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), garam, belerang, batu dan semen (HS 25).
“Kemudian ekspor ke Filipina meningkat US$66,3 juta, Bulgaria US$60,1 juta, Jerman US$38,2 juta, dan Yunani US$33,5 juta,” ujar Setianto.
Ditambahkan, ada beberapa negara juga yang yang mengalami penurunan ekspor terbesar yaitu ke India, Amerika Serikat, Malaysia, Belanda dan Pakistan.
Ekspor ke India turun US$722,1 juta secara mtm dengan penurunan terbesar pada komoditas lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), HS 27, serta kimia anorganik (HS 28).
“Amerika Serikat turun US$472,3 juta, Malaysia US$217,9 juta, Belanda US$157,2 juta, dan Pakistan US$122,2 juta,” ucap Setianto. Penurunan kinerja ekspor komoditas migas didorong perubahan nilai ekspor gas yang turun hingga 22,06 persen (mtm).
Dari sisi volume ekspornya pun turun hingga 12,26 persen (mtm). Begitu juga dengan hasil minyak yang nilai ekspornya turun 35,43 persen (mtm) dan volumenya turun hingga 21,40 persen (mtm).
Dari sisi komoditas nonmigas, BPS mencatat terjadi penurunan peran komoditas lemak dan lemak hewan nabati sebesar 31,91 persen (mtm).
Penurunan juga terjadi pada komoditas pakaian dan aksesorisnya hingga 30,75 persen (mtm). Termasuk kinerja penjualan besi dan baja yang turunnya hingga 5,87 persen (mtm). (agt)