Ulos Bagas Ni Torang Ramaikan KKSU 2024

  • Bagikan
Berita Sore/laswie wakid Torang Sitorus, owner 'Ulos Ni Torang' memamerkan ulos Tumtuman pada KKSU 2024 di Istana Maimun dan Mall Deli Park Medan 3-7 Juli 2024.

MEDAN (Berita): Berbagai jenis ulos produksi “Ulos Bagas Ni Torang” ikut meramaikan Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) tahun 2024 yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara bersamaan.

Booth ulos milik Torang Sitorus ini banyak peminatnya, termasuk Pj Gubsu Agus Fatoni dan Deputi Gubernur BI Juda Agung yang dipamerkan pada ajang KKSU dan North Sumatera Invest (NSI) di Istana Maimun Medan Rabu (3/7/2024).

Pj Gubsu Agus Fatoni didampingi Juda Agung serius menanyakan ulos ke Torang. Cara menenun, benang hingga siap jadi sampai dipasarkan ke mana.

“Kami binaan BI sehingga usaha kami makin maju. Ulos kami sampai ke seluruh Indonesia. Bahkan kami akan pameran ke Milan, Italia,” ungkap Torang Jumat (5/7/2024).

Di booth Ulos Bagas Ni Torang atau Rumah si Torang ini, lagi ada seorang perajin yang lagi menenun ulos. Pj Gubsu serius menanyakan ke perajin tersebut.

“Kita harus ambil kesempatan yang dibantu BI ini sebaik- baiknya. Dari mulai menenun di Toba sampai pemasaran dalam negeri sudah dibantu BI. Ini kebangkitan UMKM di Sumut,” katanya.

Torang menyarankan kepada para UMKM harus bersungguh – sungguh menciptakan yang baik dan layak dipasarkan,” jelas Torang.

Ia menyebut dia menciptakan ulos ramah lingkungan karena targetnya tahun 2925 produknya masuk luar negeri.

“Untuk masuk pasar luar negeri harus dapat menciptakan produk yang layak lingkungan.
Terus berkarya, berkreasi dan berinovasi,” ungkapnya.

Desainer yang sudah melebarkan sayap ke kancah internasional ini digelar sejak 3 hingga 7 Juli ini, Torang Sitorus menampilkan beragam karyanya yang menciptakan kain ramah lingkungan. Selain itu ada juga kain tenun emas, yang menggunakan bahan baku benang ril emas 24 karat.

Torang menyebutkan, gelaran KKSU ini menjadi momen untuk kebangkitan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Karenanya hal ini harus dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh berkarya menciptakan produknya agar layak dipasarkan.

Dari kesungguhan ini, ia mengaku sudah merasakan manfaat. Saat ini, sambungnya dengan menjadi binaan dan dampingan BI, usaha yang dilakoninya lebih dari 20 tahun itu, kini sudah membidik pasar internasional.

Ia menyebut pendampingan yang diberikan Bank Indonesia tidak hanya sekedar saja. Jadi bagaimana BI mendampingi kita selama ini, terjadi kerja sama yang baik dari mulai hal kecil, produksi di Toba sampai kemasan sampai promosi ke dalam dan di luar negeri mereka sudah dengan detail mendampingi UMKM ini.

“Jadi itu sudah sangat saya rasakan. Hari ini kita lihat megahnya tempat ini. Ini sebenarnya kebangkitan UMKM di Sumatera Utara,” kata Torang.

Ia menyebutkan, dalam menyajikan kain yang bisa diterima pasar, pihaknya juga mengikuti serta ‘membaca’ pasar dunia. Salah satunya, menciptakan kain ramah lingkungan karena targetnya harus lebih luas.

“Pasar dalam negeri kita udah boleh dibilang kuasai sekarang. Di Jakarta itu ulos menjadi primadona di setiap event pameran sekarang. Kontribusi kami sangat besar untuk itu, dan sekarang 2024 2025 target Kami adalah pasar luar negeri,” imbuhnya.

Tahun lalu lanjutnya, pihaknya menjajaki kerja sama dengan Italia, dengan mengikuti Milan Fashion Week. Kemudian di tahun ini, pada September mendatang, akan ke London guna memperluas pemasaran.

“Rencana bagaimana kita bisa bekerja sama dengan rumah-rumah mode terkenal, itu harus dijajaki dari sekarang ini,” ujarnya.

“Yang lagi kita gaungkan kain ramah lingkungan. itu ada yang menggunakan serat Kopro, dari Jepang bemberg namanya. Jadi itu diambil dari biji kapas terdalam, jika di India itu, limbah kemudian di Jepang diproses menjadi benang, terus ada katun, ada benang emas yang kita beli di Kyoto di Jepang,” ujarnya.

Sebenarnya lanjut Torang dalam menghasilkan setiap karyanya, ada keinginan untuk menggunakan bahan baku 100 persen produk Indonesia. Namun sayangnya sumber daya manusia (SDM) belum sampai ke arah tersebut.

“Ini yang lagi digalakkan karena Indonesia tidak memproduksi bahan-bahan itu. Maunya kita sih 100% Indonesia tapi SDM kita enggak sampai ke sana. Jadi yang katun masih dari India,” ujarnya.

Sejauh ini, sambungnya tenun produksi Bagas ni Torang banyak diminati yang menggunakan bahan baku Tumtuman. “Ini dari katun, ada bemberg dengan harga mulai Rp5 jutaan. Omset kita diatas Rp1 miliar perbulan. Bayangkan banyak penenun yang hidup dari sana. Kita salurkan Rp150 juta per minggu untuk bayar upah,” urainya.

Apalagi lanjutnya, warga Indonesia dengan gaya berbusananya sekarang, semakin membuka lebar pasar dari tenun ini.

“Yang kita ciptakan tren gaya berpakaian itu sangat memungkinkan untuk membeli lagi membeli lagi dan membeli lagi,” ujarnya.

Sebenarnya terang Torang, masyarakat Indonesia itu memiliki daya beli yang tinggi. Karenanya dengan menghadirkan karya terbaik, kain yang sedianya harganya hanya sejuta atau dua juta, sekarang sudah menembus paling murah 5 juta, bahkan ada yang sampai 80 juta dan ada pasarnya,” urainya.

Karenanya, Torang pun berpesan kepada para perajin tenun, untuk berkarya dari hati, sehingga menghasil produk bermutu tinggi. Sebab dalam satu lembar kain membutuhkan waktu berbulan-bulan, saat memproduksi jangan menggunakan bahan baku berkualitas rendah. Hal tersebut, akan membuat nilainya rendah juga.

Namun tambahnya, dengan mengandalkan sensitifitas yang kuat, mengetahui serat alam, silk serta bahan-bahan bermutu lainnya, pengerjaan yang berbulan-bulan tersebut, akan menghasilkan kain kualitas tinggi.

“Seperti yang sekarang di pameran ini kita membuat tenun dari reel 24 karat emas benangnya. Itu bisa dilihat harganya juga pasti jauh sekali, satu lembarnya bisa sampai Rp 80 juta,” ujarnya.

Karenanya, Torang pun mengajak para perajin tenun untuk bertransformasi. Dengan mengubah kebiasaan, menggunakan benang murah agar mendapatkan untung lebih besar.

Torang yang mengaku melihat peluang tersebut sejak 2 tahun lalu dan kini berubah dalam produksi kain menjadi halus lebih tipis sehingga diminati banyak pecinta kain.

Sebab bagaimanapun benang polyester saat ditenun, akan terasa jadi kaku jadi keras, mengganggu kenyamanan. Sama halnya ketika pandemi Covid-19, yang membuat peradaban juga berubah.

Termasuk pesta yang tadinya mengundang 1000 orang, saat ini sudah sangat intimate.

“Jadi mereka lebih memperkaya penampilan. Sekarang kesempatan buat kita pelaku UMKM yang bergerak di tenun untuk mengambil pasar,” pungkas.

Torang menambahkan ulos yang diproduksinya bisa dipakai untuk acara apa saja. Memang ada ulos yang dipakai untuk pesta atau berkabung.

Tapi seiring dengan perkembangan zaman, ulos kini ditenun untuk menjadi bahan baju yang bisa dipakai kapanpun dan untuk acara apapun.

“Kita kan jual ke pasar internasional jadi ulosnya ya umum, bisa dipakai untuk acara apa saja, ” terangnya. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *