YOGYAKARTA (Berita): Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, bekerja sama dengan Asia Foundation di Indonesia dan Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gajah Mada, menyelenggarakan Lokakarya Regional Youth Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) terkaitt Pariwisata Budaya yang Berkelanjutan dan Inklusif pada 19 hingga 22 Agustus 2024 di Yogyakarta, Indonesia.
Siaran pers yang diterima dari Humas Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta Minggu (25/8/2024) menyebut program ini mengumpulkan 60 pemimpin muda yang berusia 18 hingga 35 tahun dari negara-negara anggota ASEAN dan Timor-Leste, yang membuat perubahan di komunitas, negara, dan wilayah mereka, untuk membahas masa depan pariwisata budaya yang berkelanjutan dan inklusif.
“Asia Tenggara adalah wilayah yang kaya akan pengalaman budaya, tradisi, dan kuliner yang menawarkan peluang berharga untuk terhubung dengan Amerika Serikat dan komunitas global,” kata Konselor Diplomasi Publik Kedubes AS Jason P. Rebholz.
“Acara ini memungkinkan para peserta untuk saling belajar, berbagi keahlian, dan memberdayakan satu sama lain untuk masa depan pariwisata budaya yang berkelanjutan dan inklusif di wilayah ini.”
Tujuan utama dari lokakarya ini adalah menyediakan pemimpin generasi mendatang dari Asia Tenggara dan Timor-Leste sebuah platform untuk membangun jaringan, bertukar ide, dan merumuskan solusi untuk tantangan-tantangan terkait pelestarian budaya, bisnis pariwisata, serta aspek keberlanjutan dan inklusivitas di wilayah ini.
Lokakarya dimulai dengan sambutan dari Perwakilan Kedubes AS di Jakarta dan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, serta termasuk diskusi dengan Penasihat Senior untuk Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bapak Fadjar Hutomo.
Selama kegiatan ini, peserta YSEALI memiliki kesempatan untuk membangun koneksi yang bermakna dengan sesama peserta dan mendapatkan perspektif langsung tentang hubungan antara Amerika Serikat dan negara-negara Asia Tenggara. Mereka mengunjungi destinasi wisata utama di Yogyakarta, termasuk Borobudur, Kota Gede, dan Museum Sonobudoyo, untuk mendengarkan dari manajer pariwisata tentang upaya Indonesia dalam mengelola pariwisata secara berkelanjutan dan inklusif.
Mereka juga bertemu dengan pelaku bisnis lokal, organisasi non-profit, dan desa wisata, serta bertemu dengan pemimpin pemerintah untuk mendengar tentang penerapan praktik-praktik ini.
Pada akhir lokakarya, peserta telah memperdalam pemahaman mereka tentang pelestarian warisan budaya dan upaya revitalisasi ekonomi lokal serta wilayah Asia Tenggara secara lebih luas. Pengetahuan ini akan memberdayakan mereka untuk meningkatkan karir di negara asal mereka dan memperluas jaringan profesional untuk menghadapi tantangan global bersama.
Lokakarya YSEALI regional ini menekankan pembelajaran, penguasaan keterampilan, dan pengembangan jaringan yang memberdayakan individu muda untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kepemimpinan mereka, dan melengkapi mereka dengan perlengkapan yang diperlukan untuk mengambil peran penting di komunitas mereka.
Peserta memperoleh pengetahuan dan wawasan berharga dari pembicara ahli dan rekan-rekan mereka, menerapkan pembelajaran dan ide-ide ini di negara asal mereka.
“Saya hanya punya beberapa kata tentang workshop ini: menakjubkan, tak terlupakan, dan salah satu momen terbaik dalam hidup saya!” kata Ngoc Thien Nguyen, seorang peserta dari Vietnam, setelah sesi pembukaan. (wie)