Banjir Bandang Dan Longsor Terjang Afghanistan, 180 Orang Tewas

  • Bagikan
Pengungsi Afghanistan menghabiskan waktu bersama setelah banjir besar di distrik Khushi di provinsi Logar. (rtr)
Pengungsi Afghanistan menghabiskan waktu bersama setelah banjir besar di distrik Khushi di provinsi Logar. (rtr)

AFGHANISTAN (Berita): Beberapa provinsi wilayah timur, tengah, selatan dan barat Afghanistan dilanda hujan lebat, banjir bandang dan tanah longsor, menewaskan lebih dari 180 orang, sedikitnya 8.000 orang kehilangan tempat tinggal dan merusak sedikitnya 3.000 rumah, Selasa (30/8/2022)

Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, provinsi Kunar, Laghman, Logar, Wardak, Nangarhar, Nuristan, Paktia dan Parwan adalah yang paling parah terkena dampaknya.

Beberapa provinsi Afghanistan diguyur hujan lebat dan banjir dalam beberapa pekan terakhir. Di provinsi Logar, sedikitnya 20 orang tewas dan 30 lainnya terluka.

Afghanistan sedang berduka  dari serangkaian bencana alam tahun ini, kekeringan dan gempa bumi dahsyat yang menewaskan lebih dari 1.000 orang pada Juni.

Mullah Sharafuddin Muslim, wakil menteri negara untuk manajemen bencana pemerintah Taliban, mengatakan kepada wartawan bahwa banjir telah menyebabkan banyak korban jiwa dan aset.

Penjabat menteri energi dan air Mullah Abdul Latif Mansour konferensi pers pada 27 Agustus, mengatakan bahwa “750 waduk, 329 bendungan kecil, dan 441 saluran air utama rusak dalam banjir baru-baru ini di seluruh negeri, hampir 600.000 hektar (24.281 hektar) lahan masih tergenang dan tidak dapat digunakan.

Para pejabat Taliban mengatakan bahwa negara itu saat ini sedang mengalami krisis kemanusiaan dan meminta lebih banyak bantuan internasional.

Feroz Khan, penduduk distrik Khoshi di provinsi Logar, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa empat hari lalu dia berada di rumah bersama keluarganya ketika banjir melanda.

“Kami baru saja makan siang ketika banjir melanda. Banjir meruntuhkan dan merusak rumah dan menyapu semua barang barang  dan ternak kami,” ujarnya.

Kepala kemanusiaan PBB mendesak bantuan dan memperingatkan bahwa enam juta orang penduduk kelaparan, agar memulihkan dana dan pembangunan di Afghanistan yang dibekukan Taliban setelah mengambil alih Agustus lalu.

Taliban dikenai sanksi internasional karena dianggap menghambat operasi kemanusiaan di Afghanistan dan secara resmi tidak diakui pemerintah keberadaannya di tanah air tersebut.

Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa Afghanistan menghadapi berbagai krisis kemanusiaan, ekonomi, iklim, kelaparan dan keuangan.

Konflik, kemiskinan, guncangan iklim dan kerawanan pangan menjadi kenyataan pahit di Afghanistan, disebabkan terhentinya bantuan pembangunan skala besar.

Setengah lebih dari 39 juta penduduk Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan dan enam juta terancam kelaparan. Lebih dari satu juta anak diperkirakan menderita kekurangan gizi parah dan mengancam jiwa,tuturnya. (Alzr/nwy)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *