MEDAN (Berita): Indonesia adalah negara beragam suku, agama, ras, dan antar golongan dengan slogan Bhinneka Tunggal Ika. Nilai keberagaman berupa wawasan kebangsaan dan keagamaan harus terus dipupuk untuk memperkuat persatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itu penting agar seluruh anak bangsa memiliki imunitas dalam melawan virus intoleransi dan radikalisme.
“Memiliki pemahaman agama yang wasathiyah menjadi modal yang penting ditengah keberagaman, sehingga kita sebagai masyarakat tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai hoax dan narasi yang ingin memecah belah,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Prof. Dr. H. Mohammed Rycko Amelza Dahniel, M.SI saat memberikan tausyiah kebangsaan di Masjdi Agung Medan pada Rabu, (24/1/2024).
Dalam tausiyahnya Kepala BNPT mengutip surat Ali Imran ayat 103 yang bunyinya sebagai berikut : “wa’tasimu bihablillahi jamiaw wa la tafarraqu, wazkuru ni’matallahi alaikum iz kuntum ada’an fa allafa baina qulubikum fa asbahtum bi ni’matihi ikhwana(n), wa kuntum ala syafa hufratim minan-nari fa anqazakum minha, kazalika yubayyinullahu lakum ayatihi laallakum tahtadun”. Artinya dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.
Kemudian dilanjutkan dengan mengutip surat Ibrahim ayat ke-7 yang berbunyi : Wa idz ta’adzdzana robbukum lain syakartum laazidannakum walain kafartum inna adzabi lasyadid.
Artinya : “Sebagai hamba Allah, kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat yag telah Allah berikan”.
Rycko mengatakan bahwa saat ini terjadi satu penomena ada sekelompok orang atau paham yang tidak bisa menerima perbedaan, kemudian merasa paling benar, orang lain salah bahkan darahnya halal untuk dibunuh orang ini tidak bisa menerima perbedaan dan selalu menyalahkan.
Padahal menurut Kepala BNPT, Indonesia merupakan negeri kebangsaan yang dibangun berdasarkan perbedaan, sehingga seluruh anak bangsa bisa duduk bersama dalam damai. Semua itu dibangun berdasarkan perbedaan yang kemudian menyatukan ditengah perbedaan.
“Persatuan dan kesatuan adalah konsep untuk menyatukan berbagai perbedaan yang ada sehingga benar-benar menjadi rahmat bagi semua,” ungkap Rycko.
Saat ini, lanjut Kepala BNPT, fenomena ajaran intoleransi dan radikalisme ini disampaikan begitu menyakinlan dengan dalil keagamaan dengan jubah keagamaan sebagai justifikasi pembenarnya sehingga nampak menyakinkan inilah yang disebut sebagai radikalisme yang merasa paling benar dan orang lain salah, padahal tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan semua agama mengajarkan perdamaian dan memanusiakan manusia.
Selanjutnya Kepala BNPT menyampaikan bahwa tahun 2023 patut disyukuri tidak ada kejadian teror, hal tersebut dikarenakan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Namun pada saat ini terjadi proses terjadinya radikalisasi yang mengajarkan perbedaan, yang dimulai disebarkan melalui onlien dan ini kemudian menyentuh anak-anak generasi muda, inilah yang patut untuk diwaspadai.
“Kalau kita tidak menjaga anak-anak terhadap intoleransi maka akan terkadi kehancuran dan selesai peradaban.
Rycko menambahkan dalam surat Al – Baqarah ayat 30 terjadi satu dialog antara Allah dengan Malaikat yang dimana Malaikat merasa khawatir kalau manusia diciptakan :
wa idz qâla rabbuka lil-malâ’ikati innî jâ‘ilun fil-ardli khalîfah, qâlû a taj‘alu fîhâ may yufsidu fîhâ wa yasfikud-dimâ’, wa naḫnu nusabbiḫu biḫamdika wa nuqaddisu lak, qâla innî a‘lamu mâ lâ ta‘lamûn
Artinya : “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Mantan Kalemdiklat Polri mengungkapkan, dari ayat itu dipahami bahwa manusia diberi kemampuan untuk menyerap ilmu penegtahuan,
“Oleh karenanya pagi ini kita bersama-sama berbagi ilmu pengetahuan tentang bahaya intoleransi dan radikalisme agar kita semua waspada terhadap terjadinya suatu penomena yang bernama intoleransi dan radikaliame dan yang menjadi sasaran adalah generasi muda dengan cara penyampaian melalui media sosial dan itulah yang disebut sebagai online radicalisation,” papar Rycko.
Kepala BNPT mengajak jamaah untuk menjaga anak-anak dan memiliki awareness, membangun kesadaran publik bahwa ada fenomena ini dan itu sangat berbahaya. Oleh karenanya seluruh lapisan masyarakat diajak -sama mencegahnya.
“Mari kita menjaga anak-anak kita menjaga dari paham intoleransi dan radikalisme,” tuturnya.
Terakhir kepala BNPT menutup tausyiahnya dengan mengajak kepada jamaah untuk meneruskan ilmu dan pengetahuan akan bahaya intoleransi dan radikalisme. Karena hanya dengan berbagi pengetahuan akan mampu melawan kekerasan.
“Bila sudah mengerti dan paham bahaya kelompok ini kita jaga anak kita. Semoga Allah menjaga anak-anak kita, negeri kita tempat kita lahir yang sama-sama kita cintai. Kebenaran hanya datang dari Allah dan kealfaan hanya pada manusia,” tandas Kepala BNPT.(rel)