MEDAN (Berita) : Sejumlah musisi Sumut dimotori oleh dosen musik, seniman, juga dikenal sebagai Holistic Healing Practitioner, Prof. Junita Batubara, S.Sn., M.Sn., Ph.D., bersama-sama membentuk grup dengan menampilkan musik yang melantunkan sejumlah instrumen dengan konsep khusus bertajuk “Healing For Medan”, Jumat (8/3) lalu, di Garden of Garista, rumah adat Karo, Medan.
Bersama dengan founder North Sumatra Jazz Festival sekaligus musisi jazz Sumut, Erucakra Mahameru B. Mus., MM., pada gitar elektrik, pada alat surdam Anton Sitepu M.Sn., S. Sn., Elisa Suheri pada vokal, Juniro Sitanggang pada alat tiup sulim/sarune, dan juga bersama dua Musisi asal Tiongkok, yaiyu Xingyan pada instrumen ‘crystal singing bowl’ dan Hathor pada alat pukul tambur.
Konsep event ‘Healing For Medan’ tersebut sangat unik dan berbeda, karena mengedepankan konsep menyatu dengan bumi, apalagi ketujuh musisi bermain di lokasi dengan nuansa alam terbuka setelah fajar diiringi suara cuitan burung-burung yang dihembus udara segar di pagi hari.
Menurut Junita, bahkan posisi para musisi juga diatur sedemikian rupa, sehingga membentuk formasi tertentu, yang bermakna bahwa manusia hidup berdampingan dengan alam semesta beserta makhluk hidup lainnya.
Ditambah dengan para pengurus DPD PAPPRI Sumut yang turut hadir mengelilingi formasi para musisi yang tampil.
Erucakra Mahameru yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PAPPRI Sumut juga menambahkan bahwa event ini juga sekaligus memperingati Hari Musik Nasional 2024.
“Healing For Medan ini sangat menarik karena memiliki warna baru dalam dunia musik, memberikan experience baru juga bagi saya dalam membawakannya.
Tidak lupa saya ucapkan Selamat Hari Musik Nasional,” tutup Erucakra.
Salah satu maestro musik Sumut lainnya, Anton Sitepu menambahkan bahwa musik yang mereka mainkan bisa dijadikan sebagai musik therapy atau meditasi Karena bisa menenangkan pikiran bagi siapapun yang mendengarkan secara khusus.
Kepada Waspada, dua musisi wanita asal Tiongkok, Xingyan dan Hathor, yang menggunakan instrumen unik, yaitu crystal singing bowl dari Tibet dan alat musik alat pukul tambur yang tidak kalah unik, mengatakan sangat senang bisa bermain dengan musisi senior Indonesia.
Mereka mengaku mendapatkan pengalaman baru dengan warna musik etnik yang muncul hasil dari kolaborasi dengan para musisi tersebut.
Apalagi para musisi berasal dari latar belakang genre yang beragam, ditambah dengan instrumen yang tidak umum, sehingga menghasilkan sebuah irama seperti musik terapi ataupun meditasi penenang jiwa berdampingan dengan alam semesta, sesuai dengan tema, yaitu “Healing For Medan”. (Hang)