Penjual Tapai Keliling Terima Modal Usaha dari ACT Sumut

  • Bagikan
JUMIATI memperlihatkan tapai-tapai produksinya yang akan dipasarkan secara keliling. Berita Sore/Ist
JUMIATI memperlihatkan tapai-tapai produksinya yang akan dipasarkan secara keliling. Berita Sore/Ist

MEDAN (Berita): Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumut memberikan modal usaha kepada Ibu Jumiati, 51, penjual Tapai keliling, warga Jl. Garu II Kel. Harjosari I Kec. Medan Amplas.

Bantuan tersebut diberikan kepada warga yang terdampak ekonomi karena Covid-19.

Ibu Jumiati, yang kesehariannya benjualan tapai secara keliling dan menitipkan dagangannya dari warung ke warung.

Setiap harinya, pukul 07:00, ibu dari 3 (tiga) anak ini ikut mencari rezeki demi membantu suaminya yang sehari-harinya hanya berprofesi sebagai penarik beca dayung.

“Sudah 9 tahun saya geluti usaha rumahan ini, walau dengan keterbatasan modal dan tenaga yang sudah tua. Saya berupaya meringankan tugas-tugas suaminya dalam mengais rezeki demi kebutuhan rumah tangga dan sekolah ketiga anak saya,” tutur Jumiati.

Dengan jerih payah yang sudah dijalaninya sejak tahun 2009 ini, Jumiati mengaku bisa membayar cicilan sepeda motor bekas.

”Selama 9 tahun saya berjualan tape dengan menggunakan sepeda dayung. Ya, Alhamdulillah dari tahun 2018 saya dapat membeli sepeda motor bekas walau dengan sistem cicilan. Sepedamotor ini juga memudahkan saya karena dengan sepeda motor bekas itu saya juga dapat mengantarkan anak saya untuk ke sekolah”, jelas Jumiati.

Setiap harinya, tambah Jumiati, dirinya mampu memproduksi Tapai Ubi dan Tapai Pulut sebanyak lebih kurang 100 bungkus.

100 bungkus itu akan disebar di 10 warung langganannya.

Dengan modal Rp 88.000,- setiap harinya, diharapkan hasil penjualan tapainya mampu menopang biaya hidup keluarganya.

“Memang lebih banyak hasil penjualan Tapai namun hanya mampu untuk balik modal saja,” aku Jumiati.

Diakuinya, sebelum Covid-19 melanda di negeri ini, penjualan Tapai buatannya mampu memenuhi kebutuhan keluarga walaupun hanya sekedar cukup untuk kebutuhan sehari-hari, seperti kebutuhan makan dan jajan anak sekolah.

“Namun setelah Covid 19 melanda, penjualan pun menjadi sangat menurun, karena warung yang biasanya saya jadikan mitra untuk penitipan tapai saya tidak buka usaha atau tutup sementara”, keluh Jumiati.

Yang menyedihkan lagi, tambah Jumiati, ada warung yang belum tutup, namun mereka menolak menjual dagangannya dengan alasan khawatir Tapai saya tidak ada orang yang mau membeli, karena pada saat ini masyarakat memang merasa lebih penting belanja kebutuhan sehari-sehari seperti sembako.

Hal ini lah membuat Jumiati merasa gundah, mengharapkan pendapatan suami saja tidak jelas.

“Suami saya juga tidak ada penghasilan, terkadang ada pulang membawa uang, tapi malah lebih sering tidak membawa uang. Mau gimana lagi ya pak, penghasilan tukang beca dayuk kan tidak menentu, sebetulnya sedih sih dengan kondisi ini tapi mau gimana lagi, beginilah takdirnya, mau tidak mau harus tetap di jalani,” tuturnya.

Diakui Jumiati, dirinya juga sempat pusing memikirkan biaya anaknya yang masih sekolah di bangku SMA.

“Belum lagi saat ini biaya anak sekolah, khususnya biaya sekolah anak saya yang duduk di bangku sekolah SMA. Walaupun katanya belajar di rumah tetapi uang sekolah (SPP) harus tetap di bayar juga. Saat ini saya bingung cara membayarnya, karena mencari uang itu saat ini sulit. Dan saya selalu berdoa, agar Allah memudahkan rezeki saya, suami dan keluarga,” harapnya.

Itulah sebabnya, tambah Jumiati, dirinya sangat bersyukur bisa mendapatkan Modal Usaha dari Usaha Mikro Indonesia yang diberikan oleh ACT ini dan akan digunakan sebagai tambahan modal untuk meningkatkan jumlah produksi tapainya.

“Terimakasih ACT,” tutup Jumiati. (att)

Berikan Komentar
  • Bagikan