JAKARTA ( Berita ) : Merujuk pada keberagaman bahasa dan budaya di Asia Tenggara serta adanya dorongan globalisasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Organisasi Menteri – Menteri Pendidikan Se AsiaTenggara (SEAMEO) berpartisipasi dalam pemajuan pendidikan bahasa di Asia Tenggara.
Upaya yang dilakukan diantaranya dengan mengajukan program berbasis penelitian dan pengembangan kompetensi terkait kebahasaan melalui forum yang melibatkan 11 perwakilan Kementerian Pendidikan Se Asia Tenggara.
Plt. Kepala Biro Kerja Samadan Hubungan Masyarakat, Kemendikbudristek, Anang Ristanto, terkait kebutuhan globalisasi itulah, selain teknologi, negara-negara anggota SEAMEO perlu meningkatkan pengakuan keterkaitan antara bahasa dan pembangunan.
“Komunitas ASEAN yang lebih kuat dapat dicapai melalui penguasaan bahasa yang baik dan pemahaman nilai-nilai moral budaya-budaya besar di Asia Tenggara,” ujar Anang dalam keterangan pers, Sabtu(25/9).
Oleh karena itu, lanjut Anang, komunitas ASEAN dapat memupuk identitas dan kekuatan kolektifnya untuk terlibat dengan dunia, menanggapi perkembangan baru dan menangkap peluang baru.
Direktur SEAMEO QITEPin Language (SEAQIL) Luh Anik Mayani menyampaikan bahwa pertemuan 11 negara Asia Tenggara yang dikemas dalam 12th Governing Board Meeting SEAQIL ini sangat bermanfaat dengan adanya informasi dan wawasan dari perwakilan Kementerian Pendidikan Se Asia Tenggara terkait pemajuan pendidikan bahasa.
Selain adanya persetujuan dari para perwakilan atas program, dalan pertemuan yang berlangsung 22 September 2021 ini dibahas juga tentang anggaran, serta hal-hal lain yang terkait dengan operasional dan kegiatan SEAQIL.
Indonesia sebagai penyelenggara pertemuan tersebut mengusulkan penelitian kebijakan bahasa dan pendidikan bahasa di Asia Tenggara.
Usulan penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengidentifikasi kebijakan bahasa yang diterapkan oleh setiap negara di Asia Tenggara, dan mengidentifikasi bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Asia Tenggara.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan policybrief atau rekomendasi kepada Kementerian Pendidikan di Negara-Negara Anggota SEAMEO mengenai pendidikan bahasa di Asia Tenggara, dan mempromosikan bahasa resmi negara-negara ASEAN untuk diajarkan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi di Asia Tenggara dalam rangka memperkuat identitas kolektif ASEAN.
Terkait dengan ini, sebelas perwakilan Kementerian Pendidikan Se Asia Tenggara mendukung, memberikan masukan, dan membantu rencana SEAQIL untuk melakukan penelitian terkait kebijakan bahasa dan pendidikan bahasa.
Selain itu, lanjut Luh Anik,SEAQIL mengusulkan program berbasis pengembangan literasi di sekolah, yakni Klub Literas Sekolah (KLS) Asia Tenggara,yang akan didiseminasikan pada 2022.
KLS dirancang sebagai program untuk meningkatkan kecakapan hidup siswa melalui literasi membaca serta meningkatkan keterampilan kompetensi bahasa asing.
KLS mengintegrasikan beberapa target, yaitu meningkatkan literasi baca tulis dan tutur siswa, kompetensi abad 21 (kolaborasi, komunikasi, bertindak kreatif, dan berpikir kritis),serta kelancaran berbahasa.
Selain itu, KLS bertujuan untuk memberikan kesempatan magang bagi mahasiswa.(Wsp)