Bangkitkan Api Semangat KAA-GNB Bangun Tata Dunia Baru

  • Bagikan
Para Peniliti dan Akademisi dari berbagai Negara diundang dalam pelaksanaan acara Bandung-Belgrade-Havana, untuk mencoba merasakan kembali semangat Konfrensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok. beritasore/ist
Para Peniliti dan Akademisi dari berbagai Negara diundang dalam pelaksanaan acara Bandung-Belgrade-Havana, untuk mencoba merasakan kembali semangat Konfrensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok. beritasore/ist

JAKARTA (Berita): Indonesia ingin mengajak dunia kembali melihat semangat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok (GNB), mengenai pentingnya membangun tata dunia baru yang lebih adil.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan hal itulah yang menjadi inti semangat acara Bandung-Belgrade-Havana yang mengundang akademisi dari berbagai negara untuk napak tilas digelar dari Jakarta hingga Bali.

Napak tilas itu sendiri menyangkut pelaksanaan KAA 1955 yang menghasilkan Dasa Sila Bandung.

Menurut Hasto, pihaknya menggunakan momentum KAA tahun 1955 yang kemudian menjadi roh gerakan Non Blok tahun 1961.

“Dan Gerakan Non Blok ini juga satu napas dengan apa yang disampaikan dalam pidato Bung Karno yang berjudul “to build the world a new” pada tanggal 30 September 1960,” kata Hasto, Rabu (9/11/2022).

“Jadi Gerakan Non Blok itu lah yang menjawab bahwa struktur dunia yang tidak adil dipengaruhi oleh perang dingin antara blok Barat dan blok Timur, yang kedua-duanya mengandung benih-benih kolonialisme sebagai suatu hal yang ditentang oleh Indonesia,” tegas Hasto.

Penentangan Indonesia atas benih kolonialisme itu karena dalam UUD 1945 mengamanatkan bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan karena itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Kata Hasto, apa yang dilakukan Indonesia lewat pidato “to build the world a new”, lewat KAA dan GNB, yang kemudian menjadikan dunia berubah. Yakni dari bipolar menjadi multipolar.

Nah, lewat kegiatan Bandung-Belgrade-Havana, para akademisi diundang untuk mencoba merasakan kembali api semangat dimaksud.

Para peserta akan diajak juga berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, kemudian akan lanjut melakukan sidang di Surabaya.

“Karena Bung Karno lahir di Surabaya. Dan setelah itu baru bergerak ke Bali mengikuti puncak momentum G20,” kata Hasto.

Acara tersebut digagas oleh Prof. Darwis Khudori. Pembukaan kegiatan dilakukan di Jakarta pada tiga hari lalu, dan kini peserta sudah berada di Bandung.

Kegiatan di Bandung ini bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Para peneliti yang diajak dalam program ini antara lain Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brasil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland).

Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India). (iws)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *