SUMEDANG (Berita): Bio Farma, induk holding BUMN Farmasi yang beranggotakan Kimia Farma dan Indofarma, senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan hubungan dengan masyarakat dan lingkungannya melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Iwan Setiawan, Head of Corporate Communications PT Bio Farma (Persero) dalam siaran persnya diterima Senin (30/1) mengatakan Bio Farma mengembangkan program Empowerment melalui Program Budidaya Pisang sebagai salah satu program TJSL kepada masyarakat di Desa Mekarasih, Kecamatan Jatigede, Kabupaten
Sumedang yang terkena dampak pembangunan waduk jatigede.
Kehadiran TJSL Bio Farma di Desa Mekarsari merupakan salah satu bentuk komitmen untuk berkonstribusi terhadap pengembangan ekonomi dan sosial lingkungan sekitarnya, baik itu
masyarakat yang berada di lingkungan internal perusahaan, maupun masyarakat secara umum.
Komitmen tersebut diwujudkan dengan meningkatkan kearifan lokal dengan pemanfaatan potensi komoditi pisang lokal yang berkembang di Jatigede.
Direktur Utama Holding BUMN Farmasi, Honesti Basyir menyampaikan bahwa
pembudidayaan pisang mengadopsi sistem produksi vaksin yang ada di Bio Farma.
Program budidaya pisang yang kami terapkan hampir sama dengan program Re-Grass yang diterapkan kepada Peternak Milenial binaan Bio Farma, yaitu mengadopsi sistem produksi
vaksin, dimana ada master seed dan working seed.
Master seed ini adalah pengumpulan bibit terbaik sehingga menjadi media pembenihan bibit unggul, yang kemudian diperbanyak di area working seed.
“Di area working seed itu yang nantinya akan dikembangakan menjadi tanaman budidaya pisang bagi masyarakat,” ujar Honesti.
Kepala Divisi TJSL, Tjut Vina menyampaikan bahwa Bio Farma melihat adanya potensi pertanian yaitu pemanfaatan pisang lokal yang tumbuh dan berkembang baik di Jatigede, namun belum dikembangkan secara maksimal.
“Program ini difokuskan kepada cara pertanian terpadu melalui sistem multiple cropping sehingga komoditas pertanian di wilayah Jatigede meningkat secara produktivitas dan kualitas.
Permasalahannya adalah masyarakat di wilayah binaan belum mampu memaksimalkan potensi dari keberlimpahan komoditas tersebut.
Potensi hasil pisang yang dikelola oleh masyarakat Jatigede walaupun belum menerapkan teknologi budidaya yang
standar atau sesuai GAP (Good Agriculture Practice) tetap memberikan hasil panen. Namun dengan kondisi kualitas yang sangat bervariasi.
“Beragamnya hasil panen karena memang masyarakat belum sepenuhnya sadar akan penerapan teknologi standar tersebut”. ujar Vina.
Bio Farma memiliki komitmen dalam pengembangan komoditi lokal masyarakat berbasis pemberdayaan masyarakat.
Saat ini ada 5 kultivar pisang unggul yang dapat dijadikan sumber bibit unggul yaitu kultivar pisang raja bulu, pisang dongdot, pisang roid, pisang kapas, dan pisang kapok.
Bio Farma bersama pemerintah setempat dan menggandeng expertise dari akademisi untuk bersama – sama mengomptimalkan potensi kelompok tani Desa Mekarasih Kecamatan, Jatigede Kabupaten Sumedang sehingga memiliki kemandirian dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada diwilayahnya.
Budidaya Pisang yang merupakan Tanaman plan by design dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi. (wie)