Penulis: Syawal Fitrah Harahap
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pendidikan Dasar UIN Syahada Padangsidimpuan
Pentingnya pendidikan karakter ditanamkan sejak dini kepada peserta didik agar mereka kelak tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, akan tetapi memiliki nilai-nilai karakter yang sangat tinggi. Saat ini kita dihadapkan pada situasi menurunnya nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, empati, simpati, dan rasa hormat akibat kebanyakan mengadopsi nilai-nilai budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai tradisi dan budaya atau kearifan lokal. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa lebih dari 60.6% remaja di Indonesia memilih menyukai budaya asing daripada budayanya sendiri. Untuk mencegah semakin dalamnya masalah tersebut, sekolah sebagai institusi pendidikan yang sangat vital dituntut supaya menekankan upaya menghidupkan kembali pendidikan karakter di sekolah berlandaskan nilai-nilai agama dan tradisi lokal.
Upaya revitalisasi ini memerlukan adanya penyesuaian kurikulum di sekolah yang mengintegrasikan nilai-nilai agama untuk penguatan moral dan spiritual sebagai panduan etika dalam kehidupan sehari-hari, sementara itu kearifan lokal (sebagaimana contoh upaya yang diterapkan sekolah-sekolah di Kota Padangsidimpuan membuat mata pelajaran kearifan lokal) yang penuh makna dan kebijaksanaan akan memperjelas karakter peserta didik ketika berada di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.
Pentingnya Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya Lokal
Pendidikan karakter yang dimaksudkan dalam hal ini tidak hanya membahas teori-teori yang berhubungan dengan moral, akan tetapi perlu secara konsisten dan berkelanjutan menciptakan sebuah proses pembentukan kebiasaan seperti kejujuran, kedisiplinan, dan kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan sekitar sehingga nilai-nilai moral dapat tertanam secara mendalam dan bertahan dalam setiap aspek kehidupan.
Mengapa Nilai-nilai Agama Penting?
Mengadopsi kajian dalam Studi Islam disebutkan bahwa pentingnya mengajarkan kajian keislaman yang bercorak critical dan dialogical kepada peserta didik untuk membentuk pola pikir yang terbuka, universal, analitis, dan berimbang. Dalam kajian ini disebutkan peserta didik tidak hanya memahami ajaran Islam secara tekstual, tetapi mampu menghubungkannya dengan konteks sosial, budaya, dan tantangan zaman dengan mengedepankan dialog, diskusi, toleransi, mendengarkan pendapat, dan mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik, melahirkan sikap produktif, mampu menghadapi isu-isu kebergamaan dan kemasyarakatan dengan bijaksana, menghindari sikap dogmatis, dan menjauhi ekstremisme.
Mengapa Tradisi Lokal Relevan?
Nilai-nilai luhur lokal dalam masyarakat adat seperti gotong-royong, menghormati yang lebih tua, memahami situasi (mata guru roha sisean), memahami hubungan, sapaan, atau panggilan kepada orang lain (martutur) dalam istilah batak Angkola perlu dilestarikan dan dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sehingga akan melahirkan sikap yang saling menjaga, melindungi, asih, asuh, seperti halnya sikap critical dan dialogical yang telah diulas di atas. Di samping itu, untuk melahirkan dan memupuk kreatifitas peserta didik perlu diajarkan kesenian-kesenian tradisional seperti seni tari, musik daerah, dan kerajinan tangan yang dapat melatih nilai-nilai kebersamaan, dan kekompakan dengan mempertahankan jati diri sebagai etnis dari suku tertentu.
Langkah-langkah Integrasi Nilai Agama dan Budaya
Berbagai upaya dalam mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam penanaman konsep pembelajaran di kelas, misalnya menghubungkan materi pelajaran dengan nilai agama dan budaya, mengadakan kegiatan yang melibatkan tradisi lokal dan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler berbasis nilai lokal dan agama seperti yang sudah dilaksanakan oleh SD Negeri Jebegan Gebres Surakarta bekerja sama dengan Kampus Mengajar dalam kegiatan “Pekan Kebudayaan Nusantara” yang menghasilkan dan memperkaya pengetahuan siswa tentang budaya Indonesia, dan mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan cinta tanah air.
Tantangan dan Solusi Implementasi
Berbagai hal yang menjadi tantangan seperti penyamaan pendekatan untuk mengakomodir perbedaan latar belakang peserta didik, keterbatasan pemahaman guru terhadap budaya lokal, dan kurangnya dukungan orang tua. Namun, semua masalah tersebut akan dapat diatasi dengan memfokuskan nilai-nilai universal seperti kejujuran, kerja keras, toleransi, bekerja sama dengan komunitas atau lembaga adat, dan lembaga agama untuk membuat pelatihan, dan mengadakan seminar atau diskusi dengan orang tua untuk menyamakan persepsi tentang solusi dari semua permasalahan tersebut.
Integrasi nilai agama dan tradisi lokal dalam pendidikan karakter bukan hanya solusi untuk membendung pengaruh negatif globalisasi, tetapi juga efektif membangun benerasi muda yang memiliki akar budaya dan moralitas yang kuat. Selain itu pengajaran berbasis cerita rakyat, festival budaya, dan kegiatan amal berbasis agama di dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menumbuhkan karakter positif siswa sehingga pada akhirnya dapat menciptakan anak Indonesia Hebat di masa depan.