SATU hal paling kentara mengumbar ke permukaan, kepedulian H. Amru Helmy Daulay, SH saat menjabat Bupati Mandailing Natal, khususnya mengenai pengobatan warga kurang mampu.
Dalam sejarah, Amru Daulay orang pertama diamanahkan mengurus Madina, setelah mekar dari Kab. Tapanuli Selatan.
Dia kalau boleh diistilahkan seperti ‘menghunus pedang’ melawan penderitaan warga, jangan sampai warga tidak berobat karena tidak mampu.
Kendati APBD Madina sekira Rp 400 miliar saat itu [bandingkan APBD Madina sekarang sekira Rp1,6 triliun], Amru Daulay justru sangat ‘garang’ menghardik aparatur jangan sampai warga sakit tak berobat karena tidak punya biaya pengobatan.
Beberapa kali dilakukan pertemuan dengan staf, pejabat, apatatur. Intinya, masyarakat khususnya warga kurang mampu menjadi topik, membicarakan perobatan di RSU Panyabungan atau berobat di Medan. Saat itu, belum ada BPJS.
Itulah Amru Helmy Daulay. Saya teringat, dalam dua kali pertemuan khusus bertiga di Medan (H. Amru Daulay masih menjabat Bupati Madina di awal periode kedua, Pimred dan Wapimred Berita Sore dan Waspada H. Teruna Jasa Said dan saya Asisten Redaktur Waspada khusus Tabagsel).
Kami membicarakan banyak hal. Satu hal paling tidak dilupakan pesan Pak Amru, sesaat sebelum kami bubaran. “Kau pulang aja dulu Am. Tengok aja kampungmu ini,” ujarnya.
Alhamdulillah, saya sudah pulang kampung. Saya pulang kampung sekira dua bulan ini di Panyabungan. Sudah saya lihat di Madina. Masih banyak yang mungkin perlu dilihat.
Yang membuat saya bersemangat menulis ini, dipicu penderitaan Salemah Nasution, 53, yang menanggungkan penyakit aneh hampir sebulan.
Dia hidup dalam kondisi seperti itu tanpa pengobatan, karena tak mampu.
Suami si Nenek, justru tak bisa aktif lagi sebagai tulang punggung keluarga, setelah penglihatannya rabun dan tuli.
Mereka hidup bersama tiga anaknya menyambung hidup sebagai penyadap aren.
Saat diwawancarai, si Nenek menjerit histeris karena sakit luar biasa tidak bisa berobat, karena tidak mampu.
Membaca berita, Kadis Kesehatan Madina dr Faizal Situmorang memerintahkan Puskesmas mengunjungi pasien agar segera mendapat perawatan, biarpun sampai malam. Sekarang, alhamdulillah, sudah dibawa ke RSUD Panyabungan.
Banyak reaksi, termasuk wartawan. Salahsatu di antaranya Iskandar Hasibuan.
Mantan wartawan Waspada sekarang Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi Malintang Pos Grup. Dia menurunkan tulisan secara bersambung.
Dia tahu persis sepak terjang Amru Daulay saat menjabat Bupati Madina.
Keras, tegas, Pengobatan warga kurang mampu harus jadi salahsatu prioritas utama.
Iskandar menceritakan, Pemkab Madina di era H. Amru Daulay, SH mengumpulkan Kadis Kesehatan, Kepala Puskesmas, Direktur RSU Panyabungan, Camat, Kades, diwanti-wanti mampu tanggap dan peduli mengatasi warga kurang mampu saat mengalami sakit.
”Saya tidak mau tahu, jangan ada berita di koran mana pun, warga Mandailing Natal, tidak berobat karena ketiadaan biaya,” ujar Iskandar menirukan Bupati Madina Amru Helmy Daulay pada 2000.
Bagaimana kenyataannya saat ini ? Bakal calon anggota DPRD Sumut ini menyoroti kepedulian, khususnya tentang kesehatan. “Kepedulian kita sangat memudar, kalau bahasa Mandailing ‘kepedulian kita cocang’,” ujarnya.
Bupati Madina HM Jafar Sukhairi Nasution mengunjunjungi penderita tumor, Suhibban, 57, warga Lingk. II, Kel. Sipolupolu, Kec. Panyabungan Kota, Kab. Mandailing Natal.
Bupati Madina menyerahkan tali asih kepada keluarga Suhibban, kemudian meminta segera berobat ke Medan dengan bantuan Dinas Sosial Madina. Alhamdulillah, saudara kita akan segera mendapat pengobatan.
Sedangkan Nenek mengidap penyakit aneh, Salemah Nasution, dilarikan ke RSUD Panyabungan. Si Nenek warga Desa Aek Mata, Banjar Jaelan Jantan, Kec. Panyabungan Kota, Kab. Mandailing Natal, saat diwawancarai masih kebingungan membayar biaya pengobatan. *** Oleh: Irham Hagabean Nasution ***