TAPSEL (Berita): Bupati Tapanuli Selatan, Dolly Pasaribu memaparkan, angka kemiskinan ekstrim di Tapsel menurun signifikan dari 2,49% kini, menjadi 0,26% di tahun 2022.
Penurunan ini katanya, dari total 7.073 jiwa menjadi 743 jiwa. Artinya angka kemiskiman ektrim di Tapsel 2022 turun 8,07 dari 8,80,” ungkap Dolly dalam paparannya saat mengikuti Roadshow secara virtual dengan Menteri Koordinator Pengembangan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI Muhadjir Effendy di Aula Sarasi, Lantai III, Kantor Bupati Tapsel, Sipirok, Selasa (7/3).
Selanjutnya, Dolly menjelaskan untuk penurunan stunting di Tapsel, pihaknya gencar memaksimalkan target penurunan “Day by Day
atau pemantauan riwayat hari demi hari untuk mendukung capaian nasional.
Pemkab Tapsel dan seluruh pemangku kepentingan bersama mengambil peran sebagai Bapak Asuh dan juga terus gencar turun kelapangan untuk mendata serta memberi sosialisasi akan pentingnya PHBS serta pentingnya 1000 hari kehidupan dan sekaligus memonitor lokasi lopus, dengan melibatkan pendamping keluarga.
” Kami juga berharap adanya pengadaan mobil Ambulance Double Gardan untuk memudahkan kelokasi yang sulit dijangkau, begitu juga dengan tenaga kesehatan, ahli gizi, dokter, sanitarian serta penyuluhan yang masih kurang. Begitu juga dengan pembinaan TPPS dari Provinsi agar secara rutin ke Tapsel,” tutur Dolly.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) telah mengambil langkah-langkah dalam hal penanganan stunting, serta pengentasan kemiskinan ekstrem secara massif, sejak beberapa tahun terakhir.
Di antaranya penguatan kegiatan pemberian asupan makanan bergizi hingga program bantuan usaha, perbaikan rumah dan lainnya.
Gubernur juga mengungkapkan kondisi setelah berbagai upaya percepatan penuruan stunting oleh Pemprov, telah memperlihatkan adanya penurunan angka prevalensi sebesar 4,7%, dari 25,8% (2021) menjadi 21,1% hingga 2022, berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI) 2022.
“Kami sedang berusaha menyelesaikan masalah ini. Ada beberapa kabupaten yang masih membutuhkan penanganan yang lebih kuat menurut potensinya. Penanganan stunting ini terus diupayakan baik dari segi pendataan (jemput bola) hingga mengidentifikasi faktor kesehatan, sebagai satu dari beberapa pemicu belum tuntasnya langkah pencegahan stunting,” sebut Edy.
Dengan upaya jemput bola, beberapa fakta yang bisa dijadikan bahan evaluasi bersama seperti tingkat kesadaran akan kesehatan atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), belum maksimalnya masyarakat menggunakan tenaga kesehatan seperti di Puskesmas maupun Posyandu,” tandas Edy.(Rong)