PARAPAT (Berita): Imbas pandemi Covid-19, pedagang kerajinan tangan dan juga UMKM di daerah wisatawan Tomok hampir tidak lagi melakukan aktifitas mereka untuk menjajakan dagangannya.
Dari seratusan kios lebih tersebut yang membuka kiosnya hanya beberapa saja. Itupun harus bersabar menunggu bila ada pembeli.
Dari hasil wawancara di lapangan pekan lalu, boru Sialagan mengungkapkan, selama pandemi, kita banyak yang menutup kiosnya karena tidak ada pembeli. Seratusan kios lebih disini hanya beberapa saja yang membuka kiosnya.
“Saya juga tadi sedang di ladang, tapi karena dibilang orang Kementerian Pariwisata mau berkunjung, sayapun ke kios, ungkapnya.
Begitupun dengan pak Sialagan yang juga memiliki kios menjual berbagai jenis handycraf seperti patung-patung dan pernik-pernik budaya Batak, tempat tisu dan berbagai jenis pernik-pernik lainnya mengatakan, dia tidak lagi membuat stok yang biasa dikerjakannya dengan tangannya sendiri.
Seperti membuat patung, tongkat atau hiasan dinding lainnya dan kerajinan tangan yang dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh, terpaksa di stopnya karena tidak laku karena sepinya pengunjung
Sialagan yang khusus membuat ukiran patung dan sejenisnya dari kayu umbang tersebut mengatakan, karena sepinya pengunjung diapun lebih banyak bekerja di ladang bersawah atau menanam jagung.
Dia mengaku, untuk harga ukuran patung biasanya dia biasa menjual diatas harga Rp. 500 ribu lebih bahkan ada yang harganya diatas satu jutaan tergantung ukurannya.
Sedangkan pernik-pernik asesoris dia menjual dengan harga yang sangat murah atau sekira Rp 5.000 atau Rp10.000 saja. Sebelum pandemi masih lumayan, tapi sekarang sepi pembeli, ungkapnya. (lin)