Motor Penggerak Ekonomi Bermasalah, Orang Miskin Bertambah

  • Bagikan
Pakar Ekonomi Benjamin Gunawan
Pakar Ekonomi Benjamin Gunawan

MEDAN (Berita): Pakar Ekonomi Benjamin Gunawan menilai, motor penggerak ekonomi dimasa pandemi saat ini bernasalah, butuh penanganan ekstra.

Seperti halnya yang telah dirilis BPS secara nasional termasuk Sumut jumlah persentase penduduknya mengalami peningkatan.

Hal itu dikatakan Benjamin Gunawan kepada Berita sekaitan pandemi yang belum tahu kapan berakhir, Selasa, (15/2) di Medan.

Lebih jauh dikatakannya, bila dibandingkan antara Maret 2020 dengan September 2020, yang mana di Maret presentasinya 8.75 %, sedangkan di bulan September menjadi 9.14%.

Artinya, ada kenaikan yang cukup tinggi, katena berselang hanya sekitar enam bulan saja,jelas Benjamin.

Kondisi di Maret tahun ini menurut Benjamin, angka tersebut masih berpeluang naik akibat pandemi yang masih berlangsung. Termasuk angka pengangguran akan bertambah begitu juga dengan jumlah penduduk miskin akan bertambah

Akibat motor penggerak ekonomi bermasalah akibat pandemi yang mengakibatkan sendi-sendi ekonomi menurun akibat semua aktivitas ekonomi di banyak sektor mengalami penurunan kerja,tambah Benjamin.

Penurunan hampir disemua sektor tersebut baik dari sisi permintaan maupun penawaran semuanya negatif. Sementara konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari 50% pertumbuhan ekonomi Sumut minus 2.98 selama tahun 2020.

Dan selebihnya seperti konsumsi pemerintah, investasi, ekspor impor, industri, perdagangan, konstruksi semua mengalami penurunan.

Hanya pertanian dan real estate yang mampu tumbuh, itupun mengalami perlambatan yang sangat serius,terang Benjamin

Kondisi ini membuat motor penggerak ekonomi kita habis. Semuanya mengalami kontraksi. Dan tahun 2021 justru diawali dengan langkah pembatasan sosial atau yang dikenal dengan istilah PPKM.

“Jadi, awal tahun kita dihadapkan dengan perlambatan ekonomi yang sama. Dan disaat ini justru kondisinya kian buruk seandainya PPKM ini berlangsung untuk waku yang lebih lama,katanya

Bahkan, lanjut Benjamin, Bansos menjadi harapan penyangga daya beli masyarakat sejauh ini. Tapi kita tidak bisa berharap sepenuhnya kepada Bsndos.

Jika garis kemiskinan di Sumut per rumah tangga sebesar 2.9 juta, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga miskin sebanyak 5.7 jiwa. Maka pertanyaannya seberapa banyak Bansis yang diterima setiap rumah tangga tersebut?

Katakanlah keluarga miskin tetap memiliki pendapatan. Maka, jika penghasilan tersebut ditambahkan dengan Bansos angkanya lebih kecil dari 2.9 juta. Tentunya banyak masyarakat kita yang rentan masuk dalam jurang kemiskinan.
Jadi, posisi Bansos itu sekedar untuk bertahan hidup. Belum akan memulihkan daya beli masyarakat.

Memang, tidak mudah untuk membalikkan keadaan di tengah pandemic seperti yang terjadi saat ini. Jadi skala priroitas kita adalah bagaimana mengatasi pandemic,sebut Benjamin.

Dan sayangnya harapan itu belum bisa 100% bergantung dari vaksinasi saja. Jumlah pasien covid 19 tetap tinggi setiap harinya. Sementara respon kebijakan justru membatasi aktifitas masyarakat.

Menurut Benjamin, ketidak pastian belum berakhirnya pandemi ini butuh penanganan ekstra. Seperti menurunkan suku bunga acuan, memperbanyak program bantuan sosial, dan program lainnya. Walaupun skala prioritas kebijakan pemulihan ekonomi nasional belum cukup untuk mengatasi kondisi ini,pungkas Benjamin. (lin)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *