Serangan Bom Di Arab Saudi Berpotensi Picu Kenaikan Saham Komoditas

  • Bagikan
Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin
Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin

MEDAN (Berita) : Serangan bom di Arab Saudi berpotensi picu kenaikan saham komoditas. Begitupun dengan harga minyak mentah dunia meroket menyentuh level $ 70 per barel pada hari ini,Senin, (8/3).

Keadaan ini juga berpotensinya Indeks Harga Saham Global (IHSG) naik. Hal itu disampaikan Pakar Ekonomi Benjamin Gunawan kepada Berita, Senin, (10/3) di Medan.

Serangan bom ke salah satu pusat produksi minyak Arab Saudi tersebut, kata Benjamin, memicu kenaikan harga minyak.

Akan tetapi pelaku pasar sebaiknya tidak merespon kenaikan tersebut dengan memborong sejumah saham berbasis komoditas yang memang diuntungkan dengan kenaikan harga minyak,ungkap Benjamin.

Meski kenaikan harga minyak dan potensi komoditas lain seperti batubara, minyak sawit atau komoditas lainnya di prediksi naik, namun diperkirakan hanya akan berlangsung sesaat.

“Jadi, jangan merespon berlebihan kenaikan harga komoditas akibat serangan ke sejumlah fasilitas minyak milik Arab Saudi,saran Benjamin.

Masih menurut Benjamin, disisi lain, bursa di kawasan asia kembali masuk ke zona positif, seiring sikap optimis pasar menyongsong kebijakan stimulus fiskal yang setahap lebih maju prosesnya mendekati kesepakatan.

Meski demikian pelaku pasar masih dihantui rasa takut dari kenaikan yield obligasi AS yang kerap mengalami kenaikan. Kenaikan Yield bisa membuat kinerja pasar saham tertekan,ungkap Benjamin.

Menurut Benjamin lagi, di pekan ini, kedua sentiment itu akan lebih banyak mendominasi pelaku pasar. Dan keduanya memberikan dampak yang berbeda terhadap pasar keuangan.

Sehingga memang sebaiknya pelaku pasar lebih berhati-hati akan volatilitas pasar keuangan yang bisa saja terjadi,sebut Benjamin.

Situasi Ini terlihat pada sesi pembukaan perdagangan awal pekan ini, IHSG dibuka menguat di level 6.304. Meski IHSG sejauh ini juga masih mampu bertahan di atas level 6.300.

Sementara itu, lanjut Benjamin, mata uang rupiah justru diperdagangkan melemah di level 14.335 per US Dolar. Yang mana kinerja rupiah masih terpuruk dan belum diuntungkan dari kabar stimulus fiskal AS yang digelontorkan nantinya,ucap Benjamin. (lin)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *