“Bua Cafe & Resto” Di Tengah Perladangan Yang Sejuk

  • Bagikan
Pemilik "Bua Cafe & Resto", Ridho Pamungkas bersama isterinya Rahmaida Simbolon. Beritasore/ist
Pemilik "Bua Cafe & Resto", Ridho Pamungkas bersama isterinya Rahmaida Simbolon. Beritasore/ist

BAGI penikmat alam, beristirahat sambil makan minum cocoknya di alam bebas yang terbuka dipenuhi dengan pepohonan.

Kalau kondisinya seperti ini, dijamin bakal betah berlama-lama di sana.

Suasana itu yang diusung “Bua Cafe & Resto” di Jalan Dakota Raya no. 3 Marindal Dua, Kecamatan Patumbak, Deliserdang.

Pemiliknya, Ridho Pamungkas bersama isterinya Rahmaida Simbolon mengelola Bua Cafe & Resto perladangan itu sejak September 2021. “Kami terus melakukan penataan di Bua Cafe,” kata Ridho, Kamis (25/11).

Makanan yang diandalkan awalnya seafood, namun belakangan banyak yang pesan nasi goreng. Makanan lainnya mukbang yakni seafood tumpah, cuma yang di sini makanan cumi, udang, kepah, jagung yang ditumis itu tetap diletak dalam piring.

Sekarang ini lagi trend menu mukbang terutama kaum milenial. Harganya juga tak terlalu mahal hanya Rp30.000 per porsi dibanding tempat lain Rp 50.000.

Yang paling berkesan adalah minumannya. Jus segar, asli petik buahnya di sekitar Bua. Mau jus markisa, petik dulu baru dibuat.

“Segarnya luar biasa, jus markisa asli baru petik,” ungkap Nisa Lubis, salah seorang pengunjung, warga Pancurbatu yang sengaja datang ke sana.

Bua Cafe yang buka mulai pukul 19.00-22.00 WIB itu juga live music. Pengunjung bisa karaokean sambil menikmati sajian makanan dan suasana alam.

Ridho mengungkapkan Buap Cafe yang mengusung tema alam ini karena kecintaannya terhadap alam.

Suasana alam itu ia peroleh ketika suka berpetualang ke berbagai negara seperti Thailand dan Jepang.

“Alam yang indah ini memang luar biasa nikmat kalau kita resapi. Segala penat akan hilang kalau sudah mendapatkan suasana seperti itu,” ungkapnya.

Kecintaannya akan alam ia tuangkan dengan membangun guest house yang juga bernuansa alami tahun 2019 di dekat Bua Cafe.

“Jadi Bua Cafe sebenarnya buat tamu-tamu guest house yang akan makan sambil menikmati alam.

Tapi ternyata masyarakat sekitar banyak yang makan di sini sambil nyanyi-nyanyi,” katanya.

Selain di Marindal, Ridho juga membangun guest house di Tangkahan, Langkat.

Di sini lokasinya benar-benar alami sekali karena diiringi suara gemericik air sungai.

“Wah, kalau udah di Tangkahan, sampai lupa pulang ke Medan,” ungkapnya.

Jadi Bua Cafe konsepnya mirip di Tangkahan, natural alam. “Kami tetap mempertahankan konsep alam untuk Bua Cafe,” jelasnya.

Untuk penjualan kamar guest house miliknya, Ridho memasukkannya di airbnb.com dan booking.com.

Kalau airbnb.com biasanya untuk tamu-tamu dari Amerika Serikat dan booking.com dari Eropa.

Guest house di Marindal ada 4 kamar, sedangkan yang di Tangkahan 3 kamar dan 1 family room.

“Kami tawarkan konsep alam karena orang bulek suka alam,” tambah Ridho.

Sebelum pandemi, seluruh kamar guest housenya selalu penuh, kebanyakan dari luar negeri. Tapi sejak pandemi, praktis tak ada tamu.

Untuk tamu-tamu buleknya, Ridho juga menyediakan jeputan dari Bandara ke guest house sampai ke lokasi wisata seperti Danau Toba dan Tangkahan.

“Banyak yang datang dari luar, transit di Medan baru ke lokasi wisata,” terang Ridho. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *